Sejak
papa mengganti komputer di rumah dengan komputer jinjing, Lala jadi
lebih suka mengisi akhir pekannya dengan bermain game. Apalagi ada
banyak pilihan permainan yang tersedia.
“Lalaaa..,” terdengar suara mama memanggil namanya. “Tolong matikan keran air di kamar mandi.”
Lala
yang sedang asyik tidak segera menyahut. Bukannya Lala tidak mendengar
tetapi permainan yang sedang dimainkannya sedang seru. Kalau ia menjawab
panggilan mama kemudian menghampiri mama, sudah dapat dipastikan ia
akan kalah.
Sejak
papa mengganti komputer di rumah dengan komputer jinjing, Lala jadi
lebih suka mengisi akhir pekannya dengan bermain game. Apalagi ada
banyak pilihan permainan yang tersedia.
“Lalaaa..,” terdengar suara mama memanggil namanya. “Tolong matikan keran air di kamar mandi.”
Lala yang sedang asyik tidak segera menyahut. Bukannya Lala tidak
mendengar tetapi permainan yang sedang dimainkannya sedang seru. Kalau
ia menjawab panggilan mama kemudian menghampiri mama, sudah dapat
dipastikan ia akan kalah.
“Lalaaa..,” suara mama kembali terdengar.
“Iyaa Maa..,” Lala akhirnya menyahut. Namun tatapan matanya tak lepas
dari layar komputer di depannya. Tangannya sibuk bergerak memainkan
tombol tanda panah yang ada di keyboard komputer.
“Lala!” panggilan itu kembali terdengar. Kali ini dengan nada menyentak dan terdengar begitu dekat.
Lala tersentak kaget. Ia mendongak. Dilihatnya mama berdiri di
hadapannya. Kedua tangannya terlipat di depan dada. Sorot matanya begitu
tajam. Buru-buru Lala menekan salah satu tombol yanga ada di papan
ketik. Permainan yang semula tampak di layar komputer jinjingnya
langsung berhenti.
“I.. I.. ya.. Maa..,” jawab Lala dengan takut-takut.
“Lala dengar tidak mama memanggil-manggil sejak tadi?” tanya Mama.
“Dengar Ma,” jawab Lala.
Mama tidak berkata apa-apa hanya menatap Lala dengan tajam.
“Eh.. Nngg.. Anu.. Ma..” Lala tergagap-gagap. Tidak menemukan kalimat
yang tepat untuk dikatakan. Buru-buru Lala bangkit dari posisi
telungkup. “Eh.. tadi mama menyuruh apa ya?” Lala bertanya dengan
takut-takut.
“Mama minta tolong Lala mematikan keran air,” jawab Mama. Matanya masih
menatap Lala dengan tajam. “Sekarang sudah mama matikan.”
“Maaf deh, Ma,” Lala berkata sambil menunduk. “Lala gak gitu lagi dehh..”
Mama kemudian berlalu. Lala menghela nafas lega. Mudah-mudahan mama
tidak menceritakan kejadian tadi kepada papa. Lala khawatir papa tidak
membolehkannya lagi bermain game.
“Aha..! Aku ada ide,” Lala menjentikkan jarinya. “Kalau mama
memanggilku lagi, aku harus cepat menjawab dan mengiyakannya supaya mama
tidak marah,” Lala berkata dalam hati. “Setelah itu aku baru mencari
apa yang mama ingin aku lakukan. Biasanya tidak jauh dari mematikan
keran air, mengunci pintu pagar atau mematikan lampu.”
Lala begitu senang dengan idenya. Setelah kejadian itu, setiap kali
mama memanggil dan meminta tolong, Lala dengan cepat menyahut dan
mengiyakan. Bukan berarti ia langsung melakukan yang diminta mama.
Setelah berhasil mennyelesaikan permainan yang dimainkannya, Lala baru
melakukan yang diminta mama.
“Lalaaaa..,” terdengar suara mama memanggilnya kemudian dilanjutkan dengan permintaan tolong.
Lala buru-buru menyahut dan mengiyakan. Namun matanya tidak lepas dari layar komputer jinjing yang ada di depannya.
“Yihaaaa… akhirnya aku berhasil juga mencapai level lima!” Lala berseru
gembira. Ditekannya tombol berhenti. Ditegakkannya tubuhnya yang
sebelumnya menelungkup. Setelah meregangkan tubuhnya yang kaku, Lala
melangkah ke luar kamar.
Lala menuju kamar mandi. Dibukanya pintu kamar mandi. Dilihatnya tidak
ada air yang mengalir dari keran air. Ditutupnya pintu kamar mandi. Lala
kemudian memperhatikan lampu-lampu yang ada di dalam rumah. Tidak ada
yang menyala. Lala mengerutkan kening. “Mungkin pintu pagar belum
dikunci,” pikir Lala. Lala menyibakkan tirai dan melihat keluar.
Dilihatnya pintu pagar tertutup rapat. “Tadi mama minta tolong apa ya?”
Lala berusaha mengingat-ingat namun walaupun keningnya sudah berkerut,
ia tidak dapat mengingat apa yang dikatakan mama.
“Uhh.. gara-gara asyik main game, aku jadi bingung,” kata Lala dalam hati. Diperhatikannya sekelilingnya. Baru Lala sadar betapa sunyinya keadaan rumah!
“Maaa..,” Lala memanggil. Tidak terdengar sahutan mama. “Mamaaa…,”
panggilnya dengan suara lebih keras. Lala menajamkan pendengarannya.
Tidak terdengar suara apapun!
Lala bergegas menuju kamar mama. Dibukanya pintu kamar. Kosong! Lala
kemudian menuju dapur. Tidak ada siapapun disana! Aduuhh… mama kemana
ya?
Setengah berlari Lala menuju halaman rumah. Dibukanya pintu pagar.
Kadang-kadang mama menemani Nino, adiknya yang baru berusia setahun
berjalan-jalan. Dilongokkannya kepalanya memandang ke ujung jalan. Tidak
ada seorangpun di jalanan!
Lala menutup pintu pagar kemudian berlari menuju telepon. Dipencetnya
no telepon genggam mama. Nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif,
demikian suara yang terdengar di telepon.
Lala meletakkan gagang telepon dengan lemas bercampur panik.
Butir-butir keringat membasahi keningnya. Jantungnya berdebar-debar.
Mulutnya terasa kering. Aduuhh.. Mama kemana ya?
Terdengar suara pagar terbuka. Lala melompat dari duduknya dan setengah
berlari menuju pagar. Dilihatnya mama sedang membuka pintu pagar sambil
menggendong Nino.
“Mamaaa..!” Lala berseru gembira. “Mama kemana saja sih? Lala
mencari-cari mama sejak tadi lohh.. Lala coba menghubungi telepon
genggam mama tetapi tidak bisa tersambung,” Lala menyambut kedatangan
mama dengan serentetan kata-kata.
Mama menatapnya heran. “Mama kan sudah memberitahu Lala kalau mama
hendak pergi ke minimarket di depan kompleks,” kata mama. “Telepon mama
baterenya habis. Memangnya Lala tidak lihat telepon genggam mama ada di
dekat telepon?”
Lala tertegun. Ia teringat ketika mama memanggil namanya dan dirinya
mengiyakan tanpa menyimak baik-baik apa yang dikatakan oleh mama.
“Makanya kalau mama sedang bicara, jangan didengarkan hanya dengan sebelah telinga,” komentar mama.
Lala meringis. Kalau saja ia mau menghentikan sebentar permainan yang
ada di komputer, tentu ia tidak akan kebingungan seperti tadi. Lala
berjanji besok-besok ia akan menyimak baik-baik sebelum berkata, Iyaa..
Maaa…
Diceritakan oleh Erlita Pratiwi
0 komentar:
Posting Komentar